BERBEDA dengan memotret manusia, memotret satwa butuh banyak hal khusus. Masalahnya, satwa tidak bisa diatur dan cenderung berbuat semaunya sendiri. Tapi, satwa pun punya pola hidup yang bisa dipejari sebelumnya.
Maka, foto satwa pun akhirnya menjadi daya tarik tersendiri terutama kalau apa yang dilakukan oleh sang satwa dalam gambar dianalogikan dengan kelakuan manusia sehari-hari. Foto satwa pun punya kelas tersendiri dalam fotografi. Fotografer khusus satwa pun juga mendapat tempat tersendiri.
Di Indonesia, fotografer khusus di bidang ini yang paling terkenal adalah Alain Compost, keturunan Perancis, dan Riza Marlon (Caca).
"Memotret satwa butuh kesabaran. Yang lebih penting lagi, info pendukung," kata Caca pada seminar "Fotografi Satwa" di Taman Safari, Cisarua, Jawa Barat, pertengahan Agustus lalu.
Menurut Caca, lensa tele adalah salah satu alat wajib dalam fotografi satwa. Sebagian besar pemotretan satwa dilakukan pada jarak yang cukup jauh dengan sang satwa. Namun, info tentang satwa yang akan difoto haruslah lengkap dan memadai sebelum seorang fotografer memutuskan untuk datang ke tempat pemotretan.
"Saya pernah datang ke suatu tempat untuk memotret, tapi salah info. Satwanya sedang berpindah tempat. Akibatnya terjadi pemborosan waktu dan biaya," kata Caca lagi.
Kesabaran dalam memotret satwa digambarkan Caca dengan kenyataan bahwa ia sering harus menunggu sampai beberapa hari hanya untuk mendapatkan satu gambar saja.
"Pernah saya sampai kesemutan karena jongkok beberapa jam menunggui timing tepat untuk menjepretkan kamera saat memotret burung cendrawasih di Papua," tambah Caca.
Memotret satwa memang tidak harus di hutan. Di Taman Margasatwa atau di Taman Safari pun bisa. Namun, menurut Caca, ada perbedaan besar pada ekspresi satwa antara yang liar dengan yang ditangkar." (arbain rambey)
Maka, foto satwa pun akhirnya menjadi daya tarik tersendiri terutama kalau apa yang dilakukan oleh sang satwa dalam gambar dianalogikan dengan kelakuan manusia sehari-hari. Foto satwa pun punya kelas tersendiri dalam fotografi. Fotografer khusus satwa pun juga mendapat tempat tersendiri.
Di Indonesia, fotografer khusus di bidang ini yang paling terkenal adalah Alain Compost, keturunan Perancis, dan Riza Marlon (Caca).
"Memotret satwa butuh kesabaran. Yang lebih penting lagi, info pendukung," kata Caca pada seminar "Fotografi Satwa" di Taman Safari, Cisarua, Jawa Barat, pertengahan Agustus lalu.
Menurut Caca, lensa tele adalah salah satu alat wajib dalam fotografi satwa. Sebagian besar pemotretan satwa dilakukan pada jarak yang cukup jauh dengan sang satwa. Namun, info tentang satwa yang akan difoto haruslah lengkap dan memadai sebelum seorang fotografer memutuskan untuk datang ke tempat pemotretan.
"Saya pernah datang ke suatu tempat untuk memotret, tapi salah info. Satwanya sedang berpindah tempat. Akibatnya terjadi pemborosan waktu dan biaya," kata Caca lagi.
Kesabaran dalam memotret satwa digambarkan Caca dengan kenyataan bahwa ia sering harus menunggu sampai beberapa hari hanya untuk mendapatkan satu gambar saja.
"Pernah saya sampai kesemutan karena jongkok beberapa jam menunggui timing tepat untuk menjepretkan kamera saat memotret burung cendrawasih di Papua," tambah Caca.
Memotret satwa memang tidak harus di hutan. Di Taman Margasatwa atau di Taman Safari pun bisa. Namun, menurut Caca, ada perbedaan besar pada ekspresi satwa antara yang liar dengan yang ditangkar." (arbain rambey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar